Jakarta International Stadium (JIS): Kandang Angker Persija Jakarta dan Simbol Modernitas Ibu Kota
bacayuk.com – Jakarta International Stadium (JIS) bukan sekadar stadion baru di Jakarta. Ia adalah ikon modernisasi, pusat kebanggaan warga ibu kota, dan kini telah menjelma sebagai “benteng” tak tertembus bagi Persija Jakarta.
Dalam musim Liga 1 2024/2025, JIS telah menciptakan atmosfer magis yang membuat lawan-lawan Persija ciut nyali. Bukan hanya sekadar tempat bertanding, JIS telah menjadi roh semangat baru bagi Macan Kemayoran dan suporter fanatiknya, Jakmania.
Stadion Modern Berkelas Dunia
Jakarta International Stadium dibangun dengan konsep modern dan teknologi tinggi. Berkapasitas sekitar 82.000 penonton, JIS menjadi stadion terbesar di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Stadion ini memiliki desain futuristik dengan atap yang dapat dibuka-tutup (retractable roof), serta fasilitas kelas dunia yang sesuai dengan standar FIFA.
Tidak seperti banyak stadion lain di Indonesia, JIS tidak memiliki lintasan atletik di sekeliling lapangan. Hal ini membuat tribun penonton terasa sangat dekat dengan lapangan, menciptakan atmosfer yang intim dan mengintimidasi bagi tim lawan. Efek psikologis dari hal ini pun sangat nyata, sebagaimana diakui oleh pemain dan pelatih Persija sendiri.
Angkernya JIS Bagi Lawan: Rekor 100 Persen Menang
Sepanjang Liga 1 musim 2024/2025, Persija Jakarta telah memainkan lima pertandingan kandang di JIS. Hasilnya mencengangkan: lima kemenangan dari lima laga, alias rekor 100 persen kemenangan.
Berikut adalah daftar laga dan hasil yang diraih Persija di JIS musim ini:
-
Persija vs Barito Putera (3-0) – 10 Agustus 2024
-
Persija vs Persis Solo (2-1) – 24 Agustus 2024
-
Persija vs PSS Sleman (3-1) – 21 Desember 2024
-
Persija vs Persita Tangerang (2-0) – 3 Februari 2025
-
Persija vs Bali United (3-0) – 10 Mei 2025
Dari kelima pertandingan tersebut, Persija mencetak total 13 gol dan hanya kebobolan 2 gol, membuktikan bahwa JIS benar-benar menjadi markas yang sulit ditaklukkan oleh siapa pun.
Atmosfer JIS yang Membangkitkan Semangat Juang
Menurut caretaker pelatih Persija, Ricky Nelson, kemenangan demi kemenangan yang diraih Persija di JIS bukan sekadar keberuntungan. Ada peran besar dari atmosfer stadion yang membakar semangat juang para pemain.
“JIS ini bagi saya enak sekali. Suara penonton jika lawan sedang corner bisa benar-benar mengganggu konsentrasi mereka. Kami pun merasa dekat dengan suporter. Itu membuat anak-anak seperti ada ekstra tenaga untuk berjuang 90 menit,” ujar Ricky Nelson.
Ketiadaan lintasan atletik membuat suporter lebih dekat ke lapangan. Suara gemuruh dan nyanyian Jakmania menjadi tekanan tersendiri bagi tim lawan, sementara menjadi motivasi tambahan bagi tim tuan rumah. Ricky bahkan menyebut bahwa jika ingin Persija berprestasi di musim depan, maka JIS harus dijadikan markas permanen.
“Kalau di stadion lain jarak tribun dan lapangan cukup jauh. Kadang anak-anak merasa ini bukan Jakarta. Hal itu sangat berpengaruh,” lanjutnya.
Tantangan: Kemenangan yang Sunyi
Meski menyimpan aura angker bagi lawan dan memberikan semangat bagi pemain, JIS belum mampu sepenuhnya menggaet penonton dalam jumlah maksimal. Saat laga melawan Bali United, jumlah penonton hanya sekitar 7.889 orang dari kapasitas total 82.000. JIS pun tampak lengang dan sepi.
Padahal sebelumnya, laga-laga Persija di JIS sempat dihadiri hingga 28.000 penonton. Menurunnya jumlah penonton ini disinyalir akibat performa Persija yang inkonsisten di kompetisi serta isu finansial yang tengah membayangi klub, termasuk keterlambatan gaji pemain.
“Penonton memang tidak banyak karena prestasi yang tidak stabil. Itu mungkin mengganggu. Dengan kehadiran 7 ribu penonton ini kami tetap merasa didukung,” kata Ricky Nelson.
Namun, sang pelatih tetap berharap bahwa laga kandang terakhir musim ini menghadapi Malut United FC pada 25 Mei 2025 akan kembali dibanjiri Jakmania, sebagai bentuk penutup musim yang manis di stadion kebanggaan ibu kota.
Dilema dan Harapan Masa Depan
Meskipun Persija tampil cemerlang di JIS, realita tak sepenuhnya manis. Kemenangan yang terasa sunyi menjadi kritik sosial tersendiri terhadap hubungan klub dan suporter, juga terhadap pengelolaan klub itu sendiri.
Terlebih lagi, laga terakhir kontra Bali United juga menjadi momen perpisahan salah satu pilar utama Persija, Firza Andika, yang mengisyaratkan laga tersebut sebagai pertandingan terakhirnya bersama klub. Ketidakpastian kontrak dan manajemen pun menjadi PR besar yang perlu segera diselesaikan.
Namun di sisi lain, optimisme tetap terjaga. Dengan stadion sekelas JIS, Persija memiliki potensi untuk kembali menjadi klub besar yang disegani, baik di level nasional maupun regional.
“Kami berharap lawan Malut di game terakhir (suporter) berdatangan. Jakmania adalah pemain ke-12 kami dan berharap ditutup dengan indah,” pungkas Ricky Nelson.
JIS, Lebih dari Sekadar Stadion
Jakarta International Stadium bukan hanya tempat bertanding bagi Persija Jakarta. Ia adalah simbol kebangkitan sepak bola ibu kota, bukti nyata modernisasi infrastruktur olahraga Indonesia, dan kini menjadi lambang semangat dan harapan bagi Macan Kemayoran.
Dengan atmosfer unik yang tak dimiliki stadion lain, JIS telah membantu menciptakan sejarah baru: rekor 100 persen kemenangan kandang dalam satu musim. Kini, semuanya bergantung pada konsistensi manajemen dan dukungan penuh Jakmania agar keangkeran JIS tetap terjaga, dan Persija bisa terus melaju di jalur kemenangan.
Jika dikelola dengan baik dan konsisten digunakan sebagai markas utama, JIS bisa menjadi fortress sejati bukan hanya bagi Persija, tetapi juga bagi sepak bola nasional.